Tak Berkategori

INOVASI PEMBELAJARAN MIPA DI SEKOLAH DAN ALTERNATIF IMPLEMENTASINYA Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

INOVASI PEMBELAJARAN MIPA DI SEKOLAH DAN ALTERNATIF IMPLEMENTASINYA

Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Pada Cooperative Learning siswa bekerja bersama-sama dalam team yang beranggotakan 4 atau 5 siswa. Cooperative Learning is a succesful teaching strategy in wich small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve the understanding of a subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping teammates learn, yhus creatung an atmosphere of achievement. (http://www.ed.gov). Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif

banyaknya anggota kelompok kecil, kemampuan anggota-anggota kelompok yang berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman diri. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada belajar sendiri tetapi juga membantu teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta suasana sukses.

Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W. Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa: Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of us has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to face promotive interaction and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better). Pada definsi ini terkandung

pemahaman bahwa dalam belajar kooperatif tercipta kerjasama yang baik antar anggota team ada ketergantungan saling memerlukan yang positip (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab masing-masing anggota (setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar), keterampilan hubungan antar person (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik), tatap muka menaikkan interaksi dan pengolahan data.

Slavin mengemukakan bahwa: Cooperative Learning refers to a variety of teaching methods in which students work in a small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge in fill in gaps in each other understanding.

Belajar bekerjasama berkenaan dengan berbagai macam metode pembelajaran yang perwujudan realnya siswa bekerja dalam group-group kecil dan saling membantu belajar materi akademis. Dalam kerjasama dalam bentuk kelas, partisipasi yang diharapkan dari siswa adalah saling membantu satu sama lain, berdiskusi dan berargumentasi satu sama lain, saling menilai pengetahuan dan perbedaan pemahaman satu sama lain.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur:

1. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk efektifitas kelompok dalam belajar. Anggota kelompok yang terlalu besar tidak menjamin adanya kerja belajar yang efektif.

2. Setiap anggota kelompok memiliki rasa ketergantungan dalam kelompok, keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh kekompakan anggota-

anggota dalam kelompok tersebut.

3. Diperlukan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, kesadaran tanggung jawab masing-masing anggota kelompok dalam belajar sangat mendukung keberhasilan kelompok.

4. Terdapat kegiatan komunikasi tatap muka baik antar anggota kelompok daslam kelompok maupun antar kelompok. Adanya komunikasi ini dapat

mendorong terjadinya interaksi positip, sesama siswa dapat lebih saling mengenal, masing-masing siswa saling menghargai pendapat teman,

menerima kelebihan dan kekurangan teman apa adanya, menghargai perbedaan pendapat yang selalu terjadi dalam kehidupan. Siswa saling

asah, saling asih dan saling asuh.

5. Anggota-anggota kelompk berlatih untuk mengevalusi pedapat teman, melalui adu argumentasi, belajar menerima hasil evaluasi dari teman sesama anggota kelompok, pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa toleransi pendapat dan bergaul dalam hidup bermasyarakat.

Dari 5 hal di atas dapat ditarik simpulan bahwa lewat pembelajaran kooperatif, di samping diperoleh pencapaian aspek akademik yang tinggi di kalangan siswa, juga bermakna dalam membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dalam hubungannya dengan sesama. Adapun dalam model pembelajaran kooperatif ini peran guru yang dapat ditampilkan antara lain :

Terkait dengan Cooperative Learning, Slavin mengemukakan beberapa model, antara lain:

1). Student Teams-Achievement Divisons, yang memiliki 5 komponen, yaitu:

(a). Class Presentation (presentasi kelas); (b). Teams (kelompok); (c) quizzes (kuis); (d) individual improvement scores (peningkatan skore individu); (e). Team recognition (penghargaan kelompok).

Fase pembelajaran

Peran guru

Rumuskan tujuan, apersepsi dan motivasi

menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan manfaat mempelajari materi dan memotivasi siswa

Ceramah dan menyajikan informasi lewat media yang sesuai

menyajikan informasi lewat media yang sesuai kepada siswa. Misalnya bahan bacaan, demonstrasi, menggali kemahaman siswa

Organisasi kelompok-kelompok belajar siswa

bentuk kelompok, menjelaskan tujuan, bentuk dan macam kegiatan serta membantu kelompok-kelompok agar trasisi antara informasi dan belajar

berlangsung prosedural.

Bimbingan kelompok siswa untuk bekerja dan belajar

memberikan bimbingan saat mengerjakan tugas dan menampung kesulitan siswa untuk dipecahkan bersama

Asesmen

melakukan asesmen terhadap tugas, lewat tampilan siswa dalam kelompok besar dan seterusnya bersama siswa melakukan refleksi.

memberikan

penghargaan

memilih cara yang sesuai untuk menghargai setiap

hasil karya kelompok dan tampilan individual saat

presentasi


2). Teams-Games-Tournament yang dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards, pembentukan kelompok memperhatikan perbedaan jenis kelamin dan tingkat kemampuan siswa, yang memiliki 5 komponen, yaitu:

(a). Class Presentation oleh guru; (b). Tim mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan guru; (c). Saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama untuk menghadapi turnament; (d) tournament yang biasanya diselenggarakan seminggu sekali. Kurang lengkap.

3). Jigsaw II yang diadaptasi oleh Elliot Aronson’s dari teknik jigsaw. Seperti pada STAD dan TGT, team bekerja dengan keaggotaan 4 siswa yang heterogen.

sumber : http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/21/inovasi-pembelajaran-mipa-di-sekolah-dan-alternatif-implementasinya-cooperative-learning-pembelajaran-kooperatif/

3 thoughts on “INOVASI PEMBELAJARAN MIPA DI SEKOLAH DAN ALTERNATIF IMPLEMENTASINYA Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

  1. Thankyu ya atas penjelasannya yang cukup jelas … las… laaaasssss…. untuk mendukung PTK saya ..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *