Tak Berkategori

Pengukuran


Apakah Anda pernah mengisi kuis yang disajikan di majalah-majalah? Atau, yang lebih formal, apakah Anda pernah mengisi kuesioner tentang suatu hal? Atau Anda pernah mengikuti tes psikologi di sekolah, ketika melamar pekerjaan, atau di biro psikologi tertentu?

Nah contoh-contoh itu dapat digolongkan sebagai aktivitas pengukuran psikologi.

Pengukuran itu sendiri, dapat didefinisikan sebagai berikut.

  • measurement is the assignment of numerals to object or events according to rules (Steven, 1946)
  • measurement is rules for assigning numbers to objects in such a way as to represent quantities of attributes (Nunnaly, 1970)

Sedangkan pengukuran psikologi merupakan pengukuran dengan obyek psikologis tertentu. Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau psychological traits, yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku.

Perilaku sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut, yang dapat diobservasi. Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi. Oleh karena itu dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang diukur.

Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat, dibutuhkan psychological attributes / traits yang disebut konstruk (construct).

Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku.

Indikator dari suatu konstruk psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian, teori, observasi, wawancara, elisitasi [terutama untuk konstruk sikap]; lalu dinyatakan dalam definisi operasional.

Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes. Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang dimiliki individu secara sistematis dan terstandar.

Disebut “sampel tingkah laku”, karena tes hanya mendapatkan data pada waktu tertentu serta dalam kondisi dan konteks tertentu. Artinya, pada saat tes berlangsung, diharapkan data yang diperoleh merupakan representasi dari tingkah laku yang diukur secara keseluruhan. Konsekuensi dari pemahaman ini antara lain:

  • terkadang hasil tes tidak menggambarkan kondisi pisikologis individu [yang diukur] yang sebenarnya;
  • hasil tes sangat dipengaruhi oleh faktor situasional seperti kecemasan akan suasana tes itu sendiri, kesehatan, keberadaan lingkungan fisik [mis. ramai, panas dan sebagainya];
  • hasil tes yang diambil pada suatu saat, belum tentu akan sama jika tes dilakukan lagi pada beberapa waktu kemudian [walaupun ini merupakan isu reliabililtas];
  • hasil tes belum tentu menggambarkan kondisi psikologis individu dalam segala konteks.

Tes terdiri dari dua jenis, yaitu:

  • Optimal Performance test: melihat kemampuan optimal individu
  • Typical Performance test: memuat perasaan, sikap, minat, atau reaksi-reaksi situasional individu. Tes ini sering disebut sebagai inventory test.

Langkah-langkah menyusun alat tes psikologis:

  1. Identifikasi tujuan penggunaan tes
  2. Identifikasi domain tingkah laku dan indikator-indikator yang mewakili konstruk
  3. Membuat test specification (kisi-kisi)
  4. Menulis item berdasarkan kisi-kisi dengan memperhatikan kriteria penulisan item
  5. Review item dan merevisi item, berdasarkan definisi operasional dari konstruk yang diukur, kisi-kisi dan kriteria penulisan item
  6. Melakukan uji coba:
    • Tentukan sampel yang mewakili populasi yang dituju untuk uji coba
    • Administrasikan uji coba
    • Pengujian psikometri: analisis item, uji validitas dan reliabilitas
    • Revisi item
    • Kalau memungkinkan dan perlu, dilakukan uji coba lagi
  7. Susun norma untuk interpretasi skor
  8. Produksi alat tes psikologis baru

sumber : http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/pengukuran.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *